Ada Apa di Jakarta?

Archive for September, 2008

Help Those With Hemofilia

Gue baru aja belajar mengenai Hemofilia.

Bayangkan, kondisi tubuh dimana ketika elo luka, darahnya tidak bisa berhenti mengalir. Luka elo yg harusnya sembuh dalam 3 jam, baru sembuh dalam seminggu. Darah banyak yang terbuang dan elo bisa bayangkan apa yang dirasakan tubuh elo.

Kalau pendarahan di dalam, elo bisa mengalami apa yang dirasakan temen gue Wiro.Darahnya merendam tulang pinggul sehingga lapuk dan rusak. Pinggulnya harus diganti dengan buatan dari bahan titanium.

Wiro, sebulan harus mengeluarkan biaya 48 jt untuk pengobatan. Biaya yang selama ini ditutupi oleh JAMKESMAS.

But not for long.

Sebentar lagi, klaim akan dibatasi. Artinya besar kemungkinan Wiro temen gue, atau penderita hemofilia lain tidak bisa mendapatkan uang dari pemerintah untuk menutupi biaya berobatnya.

Salah satu alasannya adalah, karena Wiro tidak masuk kategori orang miskin. Rumahnya lantainya ga tanah, temboknya di plester, dll.Padahal, orang kayapun akan jadi miskin dengan 48 juta sebulan.Jadi sedih, harusnya subsidi BBM hilang, jatuhnya ke pendidikan dan kesehatan.

Okelah pendidikan sekarang 20% dari anggaran pemerintah untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia.

Tapi kesehatan?

Its time to put into action guys.

You and me.

We can help.

We SHOULD help.

Because we can )

Bank Mandiri Cab RSCM
an / Himpunan Masyarakat Hemofili Indonesia (HMHI) cabang Jakarta
no rek: 122 – 00 – 05017085

for futher information go to
www.hemofilia.or.id

* di copy-paste dari blognya Pandji Pragiwaksono (http://www.pandji.com)

Menanti Hadirnya Keluarga Baru Lumba-lumba

Press Release – Gelanggang Samudra, Ancol Taman Impian
Agustus 2008

Lumba-lumba telah ada sejak 10 juta tahun yang lalu, pada masa Miocene dan hingga saat ini kita masih dapat melihat keberadaannya. Mereka dapat ditemukan hampir di seluruh belahan dunia dan terdiri atas 40 jenis yang terbagi atas 17 genus.

Nama lumba-lumba atau dolphin (dalam bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “delphis” yang berarti “ikan yang memiliki rahim/kandungan”.

Namun lumba-lumba sebenarnya bukanlah ikan, mereka adalah salah satu mamalia laut yang memiliki hubungan kekerabatan dengan paus. Ciri yang membedakan antara lumba-lumba dengan ikan di antaranya mereka bernapas dengan paru-paru dan berkembang biak dengan cara melahirkan serta menyusui anaknya. Lumba-lumba merupakan mamalia laut yang unik, keunikannya yaitu tidak memiliki usus buntu (sekum) sehingga lumba-lumba tidak akan terkena penyakit usus buntu.

Gelanggang Samudra Ancol (GSA) sejak pendiriannya pada tahun 1974, telah merawat dan menampilkan keunikan serta kecerdasan dari lumba-lumba yang dapat dinikmati oleh pengunjung di pentas lumba-lumba. Sampai saat ini, sudah beberapa ekor lumba-lumba yang lahir di GSA di antaranya adalah: Lily, Puput, Pipit, Rio, Hidros dan Juliet. Sesuai dengan misi GSA yang merupakan tempat konservasi ikut berkontribusi dalam menjaga kelestarian lumba-lumba melalui pemeliharaan dan pengembangbiakan spesies ini. Selain sebagai tempat konservasi, GSA juga mengemban misi pendidikan sehingga masyarakat yang berkunjung ke GSA tidak hanya dapat melihat kepiawaian lumba-lumba dalam beratraksi tetapi mereka juga dapat mengenal lebih dekat sosok lumba-lumba dengan belajar mengenai aspek biologi dan tingkah laku dari mamalia laut tersebut.

Jenis lumba-lumba yang dipelihara di GSA adalah jenis lumba-lumba hidung botol/Indo Pacific bottlenose dolphin (tursiops aduncus). Jenis lumba-lumba ini adalah salah satu jenis lumba-lumba yang dapat ditemukan di perairan Indonesia. Lumba-lumba ini dapat mencapai panjang tubuh maksimal hingga 4 meter dengan berat tubuh maksimal 600 kg serta dapat hidup hingga 40 tahun.

Saat ini, salah satu lumba-lumba hidung botol di GSA yang diberi nama Lily berusia sekitar 17 tahun diperkirakan sedang hamil. Tahap kematangan seksual (sexual maturity) pada lumba-lumba betina rata-rata pada usia 9 tahun, jadi jika dilihat dari usia Lily memang sudah dapat berkembang biak. Tanda-tanda kehamilan Lily dapat dilihat dari bentuk fisik maupun hasil dari analisa laboratorium. Pada bentuk fisik, adanya kehamilan dapat dilihat dari pembesaran pada bagian perut dan gerakan renang yang tidak selincah saat tidak hamil. Sedangkan pada hasil uji laboratorium, dari sampel darah yang diambil terlihat adanya peningkatan kadar hormon progesteron yang biasa ditemukan pada lumba-lumba yang sedang hamil.

Namun berbeda dengan lumba-lumba yang ada di alam liar, Lily terkesan tidak terlalu sensitif akan kehadiran manusia di sekitarnya. Hal ini tentu saja dapat terjadi, karena Lily adalah lumba-lumba yang lahir di GSA yang sejak kecil sudah terbiasa dengan kehadiran manusia. Keadaan tersebut juga mempermudah tim dokter hewan GSA untuk melakukan pemeriksaan dan pemantauan kondisi Lily dari hari ke hari. Bahkan tim dokter hewan GSA memperkirakan usia kehamilan Lily sudah menginjak usia 6 bulan sehingga diperkirakan pada awal tahun depan Lily akan melahirkan, karena rata-rata masa kehamilan lumba-lumba ± 12 bulan. Tentu saja hal ini tidak hanya dinantikan oleh tim dokter hewan tetapi seluruh staf GSA, karena proses kehamilan dan kelahiran lumba-lumba di dalam akuarium adalah hal yang sangat langka terjadi khususnya di Indonesia.

Untuk lebih mengenalkan lumba-lumba kepada masyarakat luas khususnya sosok lumba-lumba yang sedang hamil, GSA berencana untuk menampilkan Lily dan beberapa lumba-lumba hidung botol lainnya dalam sebuah akuarium khusus yang merupakan akuarium terbesar dan satu-satunya di Indonesia yang diberi nama Fantasea Dolphin dimana pengunjung dapat melihatnya dalam jarak dekat. Namun tidak hanya melihat, pengunjung yang datang dapat berfoto bersama Lily dan juga mendapatkan informasi mengenai lumba-lumba melalui presentasi dari staf pendidikan serta menyaksikan pemutaran film dokumenter. Fasilitas baru ini memang ditujukan untuk lebih memperluas informasi mengenai lumba-lumba, sehingga diharapkan dengan lebih mengenal lumba-lumba maka akan semakin meningkatkan kepedulian masyarakat untuk ikut melestarikan keberadaan mamalia laut ini di perairan Indonesia.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :
GELANGGANG SAMUDRA ANCOL
Roni (08164808914)
Restu (08561142179)

Hidup Makin Susah

Setelah ‘sukses’ memaksa rakyat melakukan konversi minyak tanah ke gas, sekarang pemerintah sepertinya ‘kabur’ di saat harga elpiji naek.. tak ada solusikah wahai pemerintah? tidakkah kalian nonton  TV… antrian minyak tanah sepanjang ular bahkan ada yang sampai 800 m. tidakkah kalian baca koran… sudah ada yang menggunakan kayu bakar kembali demi kelangsungan hidup keluarganya.