Manusia Pemberani Saja Tidak Cukup
Halo abang & none,
Apa kabar semuanya…? Bagi sebagian abang & none, hari ini merupakan hari pertama kembali masuk kerja setelah libur lebaran. Mungkin ada juga yang baru balik ke Jakarta setelah melewatkan lebaran bersama keluarga di kampung. Masih melekat di benak kesan-kesan selama liburan di kampung. Kepada abang & none yang sudah kembali ke Jakarta dan sudah mulai masuk kerja saya ucapkan selamat datang kembali di Jakarta, dunia yang penuh dengan persaingan. Selamat memasuki kembali dunia kerja. 🙂
Ngomong-ngomong ada yang membaca kompas minggu kemaren? Tepatnya di halaman pertama kolom Kehidupan. Dari judulnya saja sudah menarik untuk dibaca:
Menaklukkan Jakarta dengan 20 Ribu Rupiah
Saya salut sama mereka-mereka yang berani datang ke Jakarta dengan modal minim sekali. Minim dalam arti modal yang sebenarnya dan minim pengalaman atau skill bekerja. Datang tanpa tempat tujuan yang jelas di Jakarta, yang penting nyampe dulu. Soal pekerjaan dan tempat tinggal nanti dipikirin lagi.
Kalau seandainya mereka dibekali dengan skill atau keahlian yang memadai mungkin tidak akan terlalu sulit bagi mereka untuk mencari pekerjaan. Bahkan dengan modal keberanian yang dimiliki ditambah skill mereka bisa dikirim ke luar negeri untuk berburu dollar. Sudah barang tentu akan mendatangkan devisa yang lebih daripada sekedar hanya mengirim TKI untuk dijadikan pembantu. Dengan mengirim SDM yang terlatih orang luar negeri juga akan segan dengan bangsa ini.
Makanya kepada pemerintah saya berharap bisa meningkatkan anggaran APBN yang dialokasikan untuk pendidikan. Dengan demikian akan dihasilkan sumber daya manusia yang tangguh dan siap bersaing secara global. Jika tidak jangan terkejut jika 20 tahun mendatang bangsa ini akan menjadi bangsa miskin karena dijajah bangsa luar. Sekarang saja kita sudah bisa melihat tanda-tandanya.
Negara kita hanya mampu menjual bahan mentah hasil bumi seperti kayu gelondongan atau tanah yang mengandung emas, tembaga, ikan. Â Â Â Nilainya tentu tidak setinggi kalau misalnya kayu tersebut diolah dulu menjadi barang yang lebih berharga seperti lemari atau hasil karya seni. Jika hasil alam tersebut terus dikuras lama-lama akan habis. Sementara kita tidak mempunyai keahlian yang cukup untuk menghasilkan suatu karya yang bernilai. Bisa dibayangkan lama-lama kita akan menjadi budak di negeri sendiri.
Semoga pemerintah tanggap akan hal ini.