Ada Apa di Jakarta?

Archive for April, 2010

Bebas Pungutan Parkir Liar di Gelora Bung Karno

Tadi sore nganter istri dan anak gue ke Istora Senayan untuk nonton Disney on Ice, dan seperti biasa masuk parkiran Gelora Bung Karno bayar Rp. 3.000,- untuk sekali masuk. Tapi ada yang beda kali ini, kalo biasanya pas parkir di dalem (parkir timur) ada pungutan parkir liar yang rata-rata besarnya Rp. 5.000,- sampai Rp. 10.000,-, kali ini gak ada. Malah ada signage bertuliskan ‘bebas parkir’ di area yang memang diperuntukkan sebagai tempat parkir acara Disney on Ice. Gak cuma itu, petugas keamanan berseragam biru tua (kayak di perkantoran) tersebar merata di area parkir tersebut jadi gak ada deh tuh preman-preman yang malakin uang parkir lagi.

Salut deh sama penyelenggara Disney on Ice. Seumur-umur gue dateng ke acara di area Gelora Bung Karno selalu dipalakin uang parkir lagi walaupun di depan sudah bayar parkir resmi. Karena gak mungkin kita nolak bayar parkir liar tersebut… Hmmm bukannya gak bisa nolak, tapi apa kita rela ninggalin kendaraan kita di parkiran dengan preman-preman itu berkeliaran? Bisa-bisa keluar uang lebih besar karena kendaraan kita diisengin.

Seharusnya masalah parkir ini juga menjadi tanggung jawab pihak Gelora Bung Karno sebagai pengelola kawasan, bukan hanya penyelenggara acara saja.

Mudah-mudahan bisa dicontoh penyelenggara acara lain deh, dan bisa bikin melek pengelola Gelora Bung Karno.

Kerusuhan di Koja

Sebelum hari ini, mungkin banyak orang yang gak tau daerah Koja… Bahkan mungkin gak tau Koja itu apa. Nah, sekarang gue yakin semua orang sekarang baru ngeh tentang Koja. Bukan karena Koja adalah destinasi wisata, bukan karena ada mall baru dibuka, bukan juga karena ada artis manggung di sana… Tapi karena kerusuhan yang terjadi malam tadi antara Satpol PP dan warga Koja.

Berawal dari rencana pengosongan lahan makam di daerah Koja yang mana di area tersebut terdapat makam sesepuh warga yaitu Mbah Priok. Warga Koja merasa makam tersebut bukan hanya sekedar makam biasa, namun mempunyai nilai lebih yang menurut mereka harus dihormati.

Dengan pengalaman selalu berhasil mengusir atau memukul mundur warga setempat daerah yang akan digusur, dengan pede-nya kali ini Satpol PP juga melakukan aktifitas ‘rutin’ nya tersebut tanpa memperkirakan apa yang akan terjadi. Akibatnya terjadilah bentrok antara Satpol PP dan warga Koja yang kali ini perlawanan warga sangat berbeda dari sebelum-sebelumnya.

Karena bentrok fisik ini, banyak korban luka berjatuhan, beberapa mobil Satpol PP dibakar, dan aksi penjarahan juga berlangsung. Namun yang paling parah ternyata ada satu orang korban jiwa.

Protes dan perlawanan masyarakat terhadap pemerintah, khususnya dalam hal pembebasan lahan dan penggusuran nampaknya tidak dapat dipandang sebelah mata lagi. Pemerintah tidak bisa lagi menganggap situasi dan kondisi di seluruh daerah sama. Ada banyak faktor yang harus diperhatikan, khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai tradisi dan budaya yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat.

Menurut gue, Pemerintah sebaiknya membaur dengan masyarakat, tidak bisa lagi main tunjuk dan perintah dari kursinya di atas sana tanpa mau melihat ke bawah.

Di lain sisi, seluruh lapisan masyarakat juga harus pandai-pandai menahan emosi dan mulai berpikiran jernih dalam menghadapi persoalan-persoalan yang timbul. Sudah banyak contoh akibat buruk dari tindakan kekerasan yang pada akhirnya tidak memberikan jalan keluar yang menguntungkan, malah selalu merugikan. Semua harus didiskusikan dengan damai. Bukankah kita selalu mengagung-agungkan bahwa negara kita adalah negara demokrasi dimana kebebasan berpendapat sangat dijunjung tinggi?

Turut berduka cita kepada korban yang jatuh akibat bentrokan, semoga kejadian ini tidak akan terulang lagi dan menjadi pelajaran bagi kita semua.

Hidup itu Pilihan

Pilihan.. Itulah hidup. Dari kecil kita sudah diharuskan untuk memilih. Milih maenan waktu diajak jalan2 sama nyokap, milih jurusan waktu SMA, milih istri, milih pekerjaan… Semua keputusan kita harus diambil dengan memilih. Dengan keputusan itu kita juga harus menjalani pilihan kita apapun konsekuensinya.

Di era globalisasi ini, kita dijejali segala macam informasi… Mulai dari yang penting sampe hiburan… Mulai dalam bentuk tayangan TV sampe Internet dan mobile. Disinilah kita harus pintar-pintar memilih… Apakah kita akan terima begitu aja informasi-informasi yang disuguhkan kepada kita, atau kita filter sendiri menurut kebutuhan dan keinginan kita?

Dari segitu banyak pilihan, kayaknya yang paling populer di mata masyarakat Indonesia adalah informasi-informasi yang gak penting, seperti tayangan sinetron dan infotainment. Kenapa tayangan seperti itu sangat populer? Dengan rating yang tinggi pula. Alasan yang paling banyak adalah karena tayangan tersebut berada pada primetime dan kebanyakan mereka hanya punya waktu pada saat tersebut, jadi mau gak mau ya nonton itu karena gak ada tayangan lain. Yang berlangganan pay TV lebih punya keleluasaan untuk memilih, tapi apakah yang lain boleh beralasan kalo mereka nonton sonetron dan infotainment karena mereka gak langganan pay TV… Gak punya pilihan lain? No way! Itu bukan alasan. Masih ada kok tayangan yang lebih berbobot daripada sinetron dan infotainment walaupun sedikit. Atau mungkin bisa juga melakukan aktifitas lain selain nonton TV, internet-an mungkin? Main console game juga bisa. Kalo masih beralasan gak langganan internet atau gak punya console game, tetep masih banyak pilihan lainnya kok… Baca koran kek, majalah kek, atau apa kek. Jadi menurut gue tetep masih ada pilihan.

Gue pernah nanya ke salah satu temen gue yang berprofesi sebagai sutradara sinetron… Kenapa sinetron di Indonesia ceritanya gak berbobot? Gak mendidik? Suka lebay? Jawaban dia sederhana… Karena masyarakat Indonesia seperti hidup dalam mimpi, mereka memimpikan yang ada di sinetron… Bisa ketemu pacar ganteng/ cantik, nasibnya bisa berubah dari miskin tau-tau jadi anak orang kaya, bisa tiba-tiba terkenal, dll. Di situ keliatan sifat sebagian besar masyarakat yang menginginkan sesuatu serba instant, gak pake usaha atau bisa dibilang.. MALES!

Dipikir-pikir lagi deh mulai sekarang, kita mau jadi kayak apa sih? Ditengah-tengah carut-marutnya keadaan negara kita, apakah kita masih mau nambahin dengan pembodohan-pembodohan seperti ini? Mulai lah dari yang paling sederhana, pilih aktifitas yang lebih baik daripada nonton sinetron dan infotainment. Kita stop pembodohan ini sama-sama. Kalo yang nonton makin berkurang nanti kan ratingnya turun, kalo rating gak bagus kan gak ada yang mau pasang iklan, kalo gak ada iklan kan gak ada uang untuk membiayai produksi sinetron dan infotainment tersebut. Dan pekerja-pekerja industri TV tersebut bisa memilih untuk berkreasi membuat program lain yang lebih baik. Karena gue yakin kok, pekerja-pekerja TV tersebut bukan orang bodoh dan gak kreatif, mereka bisa berkreasi lebih baik.

Jadi jangan tunggu pemerintah membuat kebijakan yang baik, jangan mengharapkan pekerja TV membuat suatu program yang bagus, tapi kita mulai dulu memilih yang baik untuk kita sendiri… Karena hidup itu adalah pilihan. Akankah kita teruskan gaya hidup kita dengan nonton tayangan yang gak berguna itu atau mulai melakukan perubahan?
Stop nonton sinetron! Stop nonton infotainment! Stop pembodohan!

Jakarta dan Masalah Abadinya

Setiap hari Jakarta macet, khususnya jam berangkat dan pulang kantor. Ditambah lagi hujan yang hampir tiap hari.. makin macet lah jalanan Jakarta.

Banyak banget yang komplen tentang kemacetan Jakarta (salah satunya gue), padahal ya udah dialami tiap hari. Salah siapakah?

Yang tiap hari pulang-pergi naek mobil gak mau ganti naek angkutan umum sebagai alternatif karena ketidaknyamanannya, blom lagi masalah keamanan.

Yang punya angkutan umum juga gak peduli dengan kenyamanan dan keamanan penumpangnya, nyupirnya ugal-ugalan, kendaraannya jorok, tetep ngangkut penumpang walaupun sudah penuh.

Pemerintahnya seperti gak mau tau, cuma berharap pada kesadaran masyarakatnya, baik pemilik angkutan umum maupun pemilik kendaraan pribadi. Mereka berpikir sudah menyediakan fasilitas umum dan regulasi yang jelas, itu yang harus dijalankan dan ditaati… titik.

Pihak keamanan (baca: polisi) juga sama aja, banyakan oknumnya. Banyakan yang cari untung sendiri dibandingkan dengan yang beneran menjaga kemanan dan melindungi masyarakat. Akibatnya ’tilang bawah tangan’ merajalela, apalagi pungli.

Semua seperti lingkaran setan, semua mengandalkan pihak lain untuk melakukan perubahan. Jadi keadaannya akan seperti sekarang terus, jangan berharap ada perubahan… terima aja… hiks.